Laman

Jumat, 14 Oktober 2011

"Prospek - Refuge" menurut Frank Lloyd Wright

  • Prospek dan Konsep Tempat Berlindung (Refuge) menurut Frank L.W

Menurut Frank Llyod mengembangkan konsep “prospek-teori tempat berlindung (refuge)”, yang pertama kali diterapkan oleh seorang arsitek yang bernama Jay Appleton, yang mengmengilustrasikan konsep prosek refuge sebagai hubungan antara “target mangsa” dan “persembunyian dari binatang pemangsa”
Konsep tersebut dianalogikan sebagai sebuah gua. Manusia tidak hanya butuh dilindungi di sebuah tempat seperti gua. Akan tetapi juga dibutuhkan prospek luar ruangan dimana dimungkinkan mereka melihat serangan dari luar. Ini berarti bahwa dalam ruangan gua mempunyai peranan ruang yang dapat diraba, sementara diluar ruangan bekerja sebagai gambaran lingkungan dimana makanan dan minuman dapat diperoleh.

Konsep prospek dan refuge muncul dari Wright Monisme yang dalam pemikiran arsitekturnya menyebutkan bahwa prospek dan refuge saling berhubungan. Prospek sebagai objek, dan refuge sebagai subjek. Prospek meliputi karakter kecerahan / pencahayaan, landscape yg luas sebagaimana di luar gua. Sedangkan ruang bermukim / berlindung ( refuge ) merupakan tempat yang sempit, gelap seperti didalam gua. Wright menekankan bahwa penyatuan alam dan penghuninya melalui pengalaman empiris akan mendekatkan keduanya (alam dan bangunan). Konsep ini dibuktikan Wright pada hampir semua karya-karya arsitekturnya.


  • Bentuk Dasar ruang prospektif melalui penghancuran kotak

Teori Wright “Destruction of the Box” sangat berpengaruh pada “De Stjil” dimana menekankan pada ruang yg mudah bergerak. “De Stijl” merupakan proses pembagian kubus menjadi rancangan. Bagian-bangiannya menjadi 6 rancangan (atap,lantai dan 4 tembok) dari rangkaian yg mudah dilepas atau dipindahkan.
Sebagai hasil penghancuran box, karakter Monisme di karya Wright dapat diklasifikasikan menjadi empat teknik arsitektural.

Pertama, kotak yang hancur dari tengah keseluruh arah, ruang dapat menjauh dan berisi kekuatan dinamis yang menyatukan topografi tanah dan ekologi lingkungan.

Kedua, konsep menyatukan lingkungan dan manusia muncul dalam materi aksitektur. Inilah yang Wright gunakan, batu,kayu, kaca dll. Kebanyakan hampir sama dengan material alam. Wright secara khusus memperlakukan kaca sebagai material alam “sejenis kristal yg terbuat dari udara yg tertekan”.

Ketiga, proses pemecahan box menjadi lebar dan atap yang rendah menegaskan karakter utama dari gaya yang unik arsitektur Wright. Atap bidang datar ini seperti “perlindungan bagaikan sayap yg lebar dan besar dari burung yg melindungi anaknya”. Sementara interior bangunan dilindungi oleh atap datar yang luas , ini juga memiliki prospek merubah gambaran dari luar.

Keempat, menyatukan penghuni dengan alam melalui sudut jendela, dengan menghilangkan kerangka sudut vertikal pada pojok jendela. Tidak adanya bingkai disudut jendela, dia mampu mendalami penyatuan subjek dan objek.

  • Prospek Eksterior, Interior dan Konsep Pemukiman ( Refuge )

Konsep prospek eksterior pada bangunan menurut Wright dapat diartikan sebagai hubungan yang berdasar pada monisme yg dihasilkan antar alam dan penghuninya. Prospek eksterior dilihat dari dalam ke luar ini dimaksudkan oleh arsitek untuk membiarkan objek yaitu alam dan subjek yaitu yang menetap sebagai sebuah identitas.

Bagian luar dan dalam bangunan dihubungkan oleh kaca yang dianggap oleh Wright sebagai udara yg mengkristal diantara keduanya. Oleh karena itu penekanan ruang interior dan perluasan bagian luar dapat disatukan tanpa adanya penghalang.
Rancangan Wright menekankan pada arsitek yg lebih bernuanasa alam.

Konsep Interior pada bangunan menurut Wright, ruang publik seperti ruang tamu atau hall besar dibuat maksimal untuk menghasilkan interior yang dramatis dengan ruangan khusus yang sangat nyaman. Ini adalah pilihan paling efektif dimana interior dapat meningkatkan rasa komunitas atau kebersamaan diantara penghuni untuk meningkatkan fungsi ruang publik.

  • Beberapa Studi Kasus Karya Wright  
  1. The Schwarts House, 1939
Pertama, ikatan horisontal yang panjang yang mengenalkan perubahan arah cahaya sesuai perubahan posisi matahari memungkinkan ikatan tersebut merasakan energi alam bahkan didalam rumah dengan membiarkannya terbuka seharian. Kedua, langit-langit yg lebih rendah dibagian ruang tamu menyediakan perlindungan dan menghasilkan rasa kebebasan dibanding dengan yang memiliki langit-langit yg tinggi.
    

        2. The Palmer House, 1950

Bangunan ini menampilkan prospek eksternal yg kuat dengan menggunakan modul segitiga yg unik. Tingkat ruang2-ruang privasi seperti kamar tidur, kamar mandi dan koridor lebih ditekankan dan gelap, ruang publik yg terang seperti ruang makan, ruang keluarga diperluas secara maksimum dan penuh dengan cahaya. Kontras prospek eksterior tersebut bahkan terlihat melalui bentuk atapnya. Semenjak energi ruang mengalir berlanjut dari penekanan menuju perluasan , arah pergerakan berpindah secara aktif dari ruang pribadi menuju ruang publik. Sebagai hasilnya, penghuni merasa lepas dari tekanan dan suasana ruang pribadi yang membiarkan mereka berbagi dalam kebersamaan.


        3. The Edgar Kauftman House, 1936

Tampilan eksterior bangunan ini disebut sebagai “Air yg Bejatuhan”, terlihat dari ketrampilan pemecahan box nya Wright. Interior dari rumah ini ditekankan pada serendah rendahnya ketinggian langit-langit. Sementara bagian luar diperluas sebagai ruangan cahaya dan tak terbatas. Oleh karena itu sebagai tempat berkumpul baik ruang pribadi atau publik, semua bagian dalam berlawanan dengan perubahan eksterior.


         4. The Johnson Wax Administration Building, 1936

Prospek interior dalam bangunan ini lebih dominan yg dirancang untuk mengatasi ketidakmampuan prospek eksterior yang lahan sekitarnya dialokasikan pada area perindustrian. Bentuknya yang lebih menyerupai bentuk jamur, digunakan sebagai kolom dan dihubungkan dengan lempengan, cahaya dapat masuk diantara struktur-struktur tsb. Prospek interior menciptakan gambaran seperti ditengah hutan. Melalui prospek ini setiap penghuni atau pekerja memiliki rasa kebersamaan dengan elamen alam yang diperkenalkan dalam interior bagunan sebagai pengganti elemen luar ruangan.


         5. The Meeting House of The Unitarian Church, 1947

Seperti uraian pada bangunan Johnson Wax, prospek interior mendominasi interior Gereja. semua pintu masuk dan ruangan di bangunan tersebut dipendekkan dan ditekankan sebagai ruangan untuk berlindung. Sedangkan ruang pertemuan relatif dipertegas dengan cahaya yg terang dan langit2 yang tinggi.
Ruang pertemuan dibuka dengan maksud sisi horisontal dibalik mimbar dapat menghasilkan siluet dari cahaya yang masuk yang mampu menciptakan prospek interior yang dinamis dalam pembentukan rangka langit-langit.


Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
Pertama, dalam membangun bentuk dasar ruang, Wright menggunakan konsep perusakan kotak (destruction box).
Kedua, dalam mendesain sebuah hunian ( refuge ), Wright selalu menimbang antara eksterior dan interiornya. Menurutnya alam dan hunian ( prospek dan refuge ) adalah elemen yang saling berhubungan. Wright selalu menekankan penyatuan alam dengan penghuninya. Konsep ini dibuktikan Wright pada hampir semua karya-karya arsitekturnya. Rancangan Wright menekankan pada arsitek yang lebih bernuanasa alam.